Paripurna




Penyair Telah Mati
Sudah lama jemariku pensiun menulis puisi
Menanggalkan setiap diksi yang pernah kukemas rapi
Membiarkan kata-kata mencari jati dirinya sendiri-sendiri
Sejak sajak sudah tidak mau kutata
Sejak anak kalimat berani membangkang induk kalimat
Sejak pernyataan telah mengkhianati arti
Aku menghilang dirimbun huruf buku
Sesekali belajar lagi menghidupkan kalimat mati
Menyambangi setiap majas yang berkenan kuajak berpuisi kembali
Semua mengeluh menyatakan nyerah
Dengan dalih tema yang kugagas sudah tak sebagus dulu
Ketika masih ada namamu disela tutur tulisku
Nyatanya kata-kata lebih mencintaimu dari pada aku
Bagi mereka, kaulah kesejatian yang asli
Seperangkat indah yang tak pernah bisa diwarisi
Kelengkapan yang tak akan pernah tergantikan
Ruh yang wajib merasuk pada tiap tulisan
Tanpamu kutanggalkan jubah kebesaranku sebagai penyair
Sesekali menimbun air mata sekedar untuk menyambung hidup
Demi bisa menyambutmu pulang
Masuk kembali kedalam ruang
Yang pernah kita namakan sayang
Aku masih bisa berdiri meski tidak bisa dieja lagi
Aku masih sendiri tanpa bisa dibaca lagi
Puisiku putus sampai disini!
Wijaya Kusuma.

Posting Komentar

0 Komentar