KOMPLIKASI MIMPI



 Mimpi yang sangat kompeleks ....

Di adegan pertama,

Aku memohon kepada bapak dan ibuk untuk mengkhitabkan seorang perempuan sebut saja namanya An.

An di sini adalah perempuan yang pernah aku sayangi waktu di pondok. Yang kemudian karena alasan kecil kami berpisah.

Tapi di dalam mimpi itu aku dan keluargaku melamar An. Aku dan An begitu bahagia, tukar cincin pun kami laksanakan tanpa keraguan dan rasa ingin segera menikah.

Selepas acara lamaran, rombongan keluargaku pun pulang. Beberapa hari setelah lamaran aku diselimuti rasa gelisah dan bersalah.

Karena saat melamar An, aku sedang punya hubungan dengan perempuan bernama Dea.

Aku menjadi sangat kepikiran tentang Dea

Bagaimana nanti jika Dea tahu kalau aku sudah melamar seseorang, bagaimana perasaannya, dan rasa bersalah lainnya.

Setelah itu tiba-tiba adegan dalam mimpiku, berubah menjadi. Saat dimana aku sedang membuka sebuah album foto. Di samping adik perempuanku sendiri yang sedang berbincang melingkar dengan teman-temannya.

Aku pun memberi isyarat kepada Tsan, adikku. Untuk mendekat ke aku. Aku ingin menunjukkan kepada Tsan, sebuah gambar.

Tsan mula-mula tidak sadar itu gambar siapa, namun setelah aku suruh untuk memperhatikan dengan saksama. Tsan pun tersadar.

Itu adalah foto bersama dalam sebuah lamaran. Dan di situ ada bapak dan ibu. Tsan begitu kecewa melihat foto itu, karena wanita yang diharapkan Tsan akan menjadi kakak iparnya adalah Dea, bukan An.

Aku pun dalam saat itu, sangat merasa bersalah. Mengapa aku meminta bapak ibu malam melamarkan Dea.

Aku bahkan mencari cara, dan dasar hukum di kitab-kitab bagaimana caranya untuk membatalkan sebuah lamaran. (Entahlah, kenapa di mimpi itu aku tidak langsung membuka YouTube dan mencari 'tutorial membatalkan lamaran.

Setelah itu, adegan berubah secara drastis. Menjadi saat adiknya An, wanita yang kulamar. Menjajakan sebuah Es krim keliling.

Aku pun menghampirinya, dia seorang laki-laki yang masih kelas SMA. (Asal kalian tahu wajah laki-laki dalam mimpi ini adalah seorang santri Liroboyo, yang bagian jaga warung sift malam). Dia pun meladeni pesenanku dengan agak kikuk.

Tidak seperti biasanya, aku pun melihatnya memberikan Es krim lebih sepesial dari biasanya. Menyadari hal demikian, aku kembali dibawa ke sebuah penyesalan yang mendalam tentang An.

Tiba-tiba saat aku merenung dan melihat punggung adiknya An, berjalan membawa kerobak Es Krimnya. Bapak tiba-tiba sudah ada di belakangku.

Dengan kekuatan yang ku punya, dan setelah mengumpulkan keberanian aku katakan kepada bapak. Bahwa bapak salah melamarkan seseorang.

Bapak pun bertanya, kog bisa.

Aku menjelaskan bahwa sebenarnya aku sudah tidak punya rasa kepada An. Aku pun menceritakan kalau aku mencintai seorang bernama Dea.

Bapak pun dengan serius bertanya, lah terus.

Belum sempat aku menerangkan lagi. Bapak sudah murka. Aku ditampar pipiku dengan kasar. Sambil berujar.

Lamaran itu bukan perkara sepele yang bisa kapan saja dibatalkan. Kamu laki-laki harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu pilih. Jika kamu mau membatalkan, maka dimana muka bapakmu ini? Apa kata orang tua An nanti? Ha ...

Kalau berani batalkan sendiri, bapak tidak mau.

Aku semakin di seret ke lembah bersalah yang sangat dalam. Wajah Dea yang lugu, seakan terpampang jelas di depan mataku.

Apa yang akan terjadi pada matanya jika kabar tentang aku yang sudah melamar An terdengar ke telinganya.

Sebuh panas menyiram wajahku. Aku pun terbangun dari tidur. Dan merenung

Mengeja kembali mimpi yang membuatku berdebar-debar. Dengan usaha penuh mengumpulkan kesadaran

Akhirnya aku bisa lumayan lega, karena An wanita yang aku ceritakan pernah menjalin hubungan denganku sudah punya suami. Bahkan dia punya anak yang bisa berlari.

Dan tentang Dea, aku tidak perlu khawatir Dea. Kau aman di sini.

Setelah aku 100% sadar, aku berpikir. Enaknya tulis tidak mimpi yang kompleks ini. Tulis, tidak perlu, tulis, tidak perlu, sampai beberapa kali pertimbangan.

Akhirnya aku meraih ponselku dari lemari. Dan secepat mungkin menulis. Karena aku menganggap ini adalah sebuah hadiah.

Aku kalau tidur itu jarang sekali bermimpi, sesekali mimpi. Ketika bangun aku lupa.

Maka mimpi hari ini, yang begitu kompleks dan aku bisa ingat adalah suatu hal yang penting bagiku. Aku aslinya samar-samar sadar kalau adegan pertama bukan langsung lamaran. Tapi aku lupa adegan apa itu, jadi tidak aku tulis.

Beda sekali dengan Dea, Dea hampir setiap tidurnya berhadiah mimpi. Dan dia mampu menceritakan mimpinya dengan sempurna.


Alief Irfan,


Posting Komentar

0 Komentar