Sehidup Senampan



Kita pernah tanding satu arena
Tangan kita pernah meraup nasi yang masih mengepulkan asap panas, pada nampan yang sama.
Makan sepotong daging sapi yang digigit silih berganti
Tak mungkin dipungkiri ludah kita yang aromanya bheneka pernah tunggal ika.
Momen seperti ini memang sering terjadi, namun tetap terjalin mesrah.
Mungkin cinta antar sesama ini, yang terkadang membuat lupa memikirkan igo wekase dewe-dewe.
Sebenarnya ...
Dalam relung batin kita paling dalam, kita tidak pernah siap untuk menjadi dewasa.
Bagi kami
Dewasa terlalu monoton, terlalu banyak pertimbangan, terlalu ruwet bin bulet.
Namun bagaimanapun kita juga sadar, masa aktif kebebasan seperti ini cepat atau lambat pasti akan habis.
Dan pada akhirnya kita akan dihadapkan dengan pulang, larung bersama masyarakat tempat kita tinggal.
Tergantung kita, pinter-pinteran mecari alasan agar tidak disuruh orang tua pulang dengan segera.
Wkwkwkw ....
Aliefirfan,_

Posting Komentar

0 Komentar